Sebelum membaca lebih lanjut halaman ini, ada baiknya saya peringatkan. Halaman ini bukan ditujukan sebagai panduan
travelling melainkan hanya berbagi kisah sebagai bukti jejak-jejak langkah. Jadi, silakan mencari referensi lain apabila yang saya ceritakan di Semesta belum memenuhi harapan anda.
Saya pergi ke Bandung dalam rangka
long weekend yang bertepatan dengan
Good Friday atau Hari Raya Paskah. Sudah kebayang ya macetnya akan seperti apa selama di perjalanan? Dan ternyata benar saja, jam 10 pagi saya berangkat baru sampai di tujuan jam 3 sore. Berarti total 5 jam saya habiskan di perjalanan. Sebagai informasi, saya naik
travel Sararea rute Tanjung Barat -
Balubur Town Square (Baltos). Harganya waktu itu Rp 75000.
Sararea Star Shuttle ini merupakan kepunyaan
Cipaganti Travel, jadi untuk pemesanannya bisa dilakukan melalui
call center-nya di (022) 86008800. Apabila anda melakukan perjalanan sendiri, saya sarankan untuk memesan kursi nomor 2 yang letaknya di belakang supir. Letak kursinya itu di samping jendela persis, bukan di pintu, sehingga anda tidak akan terganggu apabila ada orang yang keluar masuk.
Sampai di Baltos, saya memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Ada beberapa tempat makan yang tersedia di Baltos ini seperti
Hoka Hoka Bento,
Dunkin Donuts, maupun yang terintegrasi di bagian
food court-nya. Usai makan siang, saya bertemu dengan teman saya dan langsung berbelanja. Di Baltos ini, kata teman saya, umumnya barang yang dijual adalah produk
fashion muslimah, ada merk yang sudah kita kenal seperti Zoya hingga bisnis
online yang biasanya melakukan
marketing melalui instagram. Selain
fashion muslimah, yang bisa dilihat di Baltos ini adalah jasa penyablonan maupun penjualan kaos olahraga seperti
jersey klub bola.
Sebenarnya tujuan perjalanan saya ke Bandung kali ini lebih kepada penasaran, ingin melihat bagaimana "kekerenan" Bandung setelah dipimpin oleh Ridwan Kamil. Jadilah saya membuat daftar tempat yang akhirnya diatur jadwalnya oleh teman saya menjadi sebagai berikut:
Hari 1: Taman Jomblo
Hari 2: Observatorium Bosscha,
Floating Market, Ciwalk
Hari 3: Gedung Sate, Gasibu, Kartika Sari Dago
Hari 1
Berhubung letak Taman Jomblo alias Taman Pasupati ada di seberang Baltos, maka kami berdua mengunjungi tempat tersebut usai berbelanja. Di salah satu sisinya, anda bisa melihat berbagai tempat duduk yang memang didesain untuk duduk sendirian alias
jomblo. Sementara di sisi lain, anda bisa menyaksikan banyak anak muda Bandung asyik bermain
skateboard. Saya dan teman saya duduk di dekat warung-warung dadakan yang letaknya di kolong jembatan. Persis di belakang kami alias setelah jembatan layang, ada lapangan sederhana untuk bermain futsal. Sudah kebayang bagaimana hebatnya Bandung memfasilitasi anak mudanya untuk berekspresi? Sementara anak muda merupakan kunci penggerak kemajuan suatu wilayah. Ini yang membuat saya bisa begitu senang walau hanya duduk mengamati mereka beraktivitas.
Sumber gambar: dokumentasi pribadi - "Salam Riang Dari Taman Jomblo"
Saya menginap di kosan teman saya yang terletak di daerah Setiabudhi. Kalau naik angkutan umum,
yang jurusan Ledeng. Begitu penjelasan dari teman saya.
Hari 2
Agenda hari ini adalah ke Lembang. Walaupun agak menyimpang dari tujuan awal yaitu melihat kekerenan Bandung yang dipimpin Ridwan Kamil, tak ada salahnya. Saya memang sudah lama ingin sekali mengunjungi Observatorium Bosscha, yang dikelola langsung oleh ITB. Maklum, pengaruh film Petualangan Sherina masih kuat sekali di benak saya. Nah untuk menuju Lembang dari Ledeng, ada dua angkutan umum, yaitu dari Ciroyom dan dari Stasiun Kota. Lama perjalanan kira-kira setengah jam, untungnya tidak macet. Untuk menuju ke Bosscha, anda harus turun dari angkutan umum dan menyambung dengan ojek. Ongkos angkutan umum dari Ledeng adalah Rp 5000, sedangkan ongkos ojeknya juga sama untuk naik ke atas. Kalau sedang musim liburan, banyak tukang ojek yang menunggu di atas (dekat Bosscha), namun jika anda tidak yakin mereka disana saat pulang nanti maka anda bisa bertanya nomor
handphone kang ojeknya untuk minta dijemput. Harga tiket masuk Bosscha
per orangnya adalah Rp 15000. Tiket bisa dibeli di bangunan yang dekat dengan pos satpam. Untuk rombongan barangkali harus jauh-jauh hari melakukan pemesanan, info lebih lanjut sila kunjungi
website-nya saja.
Sumber gambar: dokumentasi pribadi - "Antara Aku, Ramai, dan Kubah Putih"
Setelah dari
Bosscha, perjalanan dilanjutkan ke
Floating Market. Saya tidak tahu persis kapan tempat wisata ini berdiri, namun sepertinya sedang
happening di Bandung dan sekitarnya. Untuk menuju
Floating Market, saya cukup kaget karena
kang ojek Bosscha sudah sedari awal menawarkan diri untuk mengantar dengan ongkos sebesar Rp 10000. Kalau naik kendaraan pribadi bisa mengikuti jalur
kang ojek ini, karena untuk angkutan umum biasanya lewat jalan lain dan seringkali macet saat musim liburan. Tiket masuk
Floating Market juga sama dengan Bosscha yaitu Rp 15000, dengan harga tersebut anda mendapatkan
free drink seperti Milo, kopi, dan
lemon tea. Sekilas menurut saya
Floating Market ini merupakan wisata kuliner yang juga memanjakan mata anda dengan pemandangan danau, sawah, dan kebun buatan. Uniknya adalah setiap
stand makanan letaknya di atas perahu alias
floating atau mengambang di atas danau. Dan untuk bertransaksi, anda harus menukarkan uang rupiah anda dengan koin
Floating Market. Ingat, anda cukup menukarkan uang secukupnya saja karena uang yang sudah ditukar dengan koin tidak dapat dikembalikan lagi. Tapi tenang saja, nominal rupiah dan koin
Floating Market itu sama, sehingga Rp 10000 ya sama dengan koin
Floating Market 10000, pihak
marketing tidak mengambil untung dari sini.
Sumber gambar: dokumentasi pribadi - "Menjejak, Melangkah"
Walau tidak ada dalam agenda, rasanya kurang lengkap kalau ke Bandung tidak
nyurabi alias makan surabi. Maka setelah dari
Floating Market dalam kondisi hujan, kami berdua menuju Warung Setiabudhi yang lokasinya dekat dengan kosan teman saya. Di sini dijual beraneka ragam surabi manis dan asin yang rata-rata harganya Rp 8000. Satu jempol dari saya untuk murahnya, dan satu jempol untuk enaknya. Kata teman saya, Warung Setiabudhi ini buka dari jam setengah 3 sore hingga malam hari dan biasanya sangat ramai pada malam hari.
Untungnya pada malam hari kami sudah pindah tempat lagi yaitu ke Ciwalk. Melakukan aktivitas ya apalagi kalau bukan berbelanja. Bagi yang belum tahu, Ciwalk ini adalah
mall yang terletak di jalan Cihampelas yang macet setiap akhir pekan. Sewajarnya
mall, selain gerai-gerai toko juga ada gerai makanan serta kafe-kafe. Jangan kaget bila malam minggu seperti ini ramainya seperti Pasar Baru (kata teman saya).
Sumber gambar: dokumentasi pribadi - "Kesenangan Semu"
Hari 3
Well, saya menyukai tempat-tempat yang menjadi
icon atau
landmark di suatu daerah. Jadi saya memutuskan untuk mengunjungi dan berfoto ria di depan Gedung Sate dan Gasibu. Buat yang belum tahu, Gedung Sate merupakan kantor dinas kepala pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Sementara Gasibu bisa dibilang semacam alun-alun di depan Gedung Sate itu. Gasibu biasanya dijadikan tempat olahraga seperti lari dan bulu tangkis, juga sebagai tempat berkumpul warga Bandung. Kata teman saya, di Gasibu ini juga biasa diadakan konser-konser. Kemudian di seberang Gasibu juga ada Pasar Minggu Monju alias Monumen Juang. Bentuk Pasar Minggu Monju ini mungkin seperti pasar tumpah di hari minggu, ramai sekali. Buat para pengendara juga harus tahu kalau jalan di depan Pasar Minggu Monju ini macet sekali di hari minggu. Untuk barang apa saja yang dijual di Pasar Minggu Monju ini, jawabannya adalah apa saja. Sekilas saya melihat baju-baju, boneka, makanan, minuman, hingga hewan seperti kelinci juga dijual di sini. Pas untuk jalan-jalan bersama keluarga di akhir pekan.
Sumber gambar: dokumentasi pribadi - "Pusat Kota"
Tempat terakhir yang saya kunjungi sebelum kembali ke Baltos (
pool Sararea Star Shuttle di Bandung) adalah Kartika Sari Dago. Tepatnya di Jl. Ir. H. Juanda. Tempatnya luas sekali dan banyak orang berlalu-lalang untuk membeli. Di lantai 1 tempat produk oleh-oleh yang dijual oleh Kartika Sari. Ada banyak macamnya seperti bolen,
brownies panggang,
brownies kukus, dan sebagainya. Di lantai yang sama, bagian belakang, ada tempat makan dan minuman seperti es krim. Ada pula tempat bermain bagi anak-anak yang menjulang hingga ke lantai 2. Kemudian di lantai 2 nya juga dibuka gerai-gerai
fashion dan ATM
gallery. Susunan lahan bisnis seperti ini sangat menarik karena seolah berteriak "Anda bisa berbelanja oleh-oleh sambil melakukan apapun di sini bersama keluarga".
Begitulah jejak saya di Bandung selama (hampir) 3 hari 2 malam. Semoga kisah jejak-jejak berikutnya segera menyusul di Semesta.
Salam Jejak :)