Friday, May 15, 2015

Pesan untuk Waktu

Bolehkah aku membencimu, Waktu?
Ketika kau hidup bahkan sebelum aku pandai berhitung
Lalu bertemu dengan dia yang aku tampikkan ketulusannya
Padahal aku bukanlah sang ratu terhebat

Bagaimana aku tidak membencimu, Waktu?
Saat kami saling mencinta, sungguh
Tapi lambat laun cinta itu kalah dengan keadaan
Dan kau hanya menjadi penonton setia

Ah, sungguhlah aku ingin membencimu, Waktu
Ketika dia berusaha memberikan kotak pandoranya
Namun aku bergeming, baru sadar setelah dia beranjak
Dan kau hanya di situ saja tak berbuat apapun

Dan juga pada dia yang sedari dulu menunjukkan kebaikan hati
Walau aku hingga kini pun terus menutup pintu
Sedangkan kau diam saja mengumbar senyum manis
Maka tidakkah aku pantas membencimu, Waktu?

Apalagi pada dia yang demi Tuhan aku ingin bersamanya
Tapi kau malah terus bergulir tanpa beban
Seolah aku sanggup menahan degup jantung saat mengingatnya
Seolah aku tak menjerit saat dia akhirnya membuat pilihannya

Oleh karenanya maukah kau bangkit dari kursi penonton kali ini?
Katakan pada dia bahwa kau akan mempertemukan kami
Maka maafkan cintaku yang selalu terlambat sampai
Sebab hanya padamu, Waktu, aku mengingat segala senang dan sedih

Wednesday, April 22, 2015

Membuang Ironi

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi - "Lautan dan Langit Biru"

Manusia memang si pembuat rumit
Coba katakan bagaimana mungkin
Kamu merasa kehilangan
Ketika semua berawal dari ketiadaan
Kamu pun ingin memilikinya
Padahal yakin bahwa kita individu bebas
Dan kamu, makhluk yang tak henti bertanya
Meski tahu bahwa bahagia tercipta saat tak ada lagi pertanyaan
Tak bisakah kau sudahi membayangi diri sendiri
Dengan nostalgi yang tak lagi penting
Dan kita juga sama-sama tahu
Berulang kali kau tersungkur
Namun kau selalu bisa berlari lagi tanpa ragu
Lantas potong saja drama yang tak perlu
Seperti padamu, lautan dan langit biru
Segala rindu, cemas, dan sedihku meluruh

Monday, April 20, 2015

Menjemput Titik Balik di Pulau Harapan

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi - "Menjemput Titik Balik"

Sampai sekarang saya juga belum tahu mengapa diberi nama Pulau Harapan. Barangkali yang penasaran bisa langsung dicari di mesin pencari tenang asal-usul nama Pulau Harapan. Tapi kalau saya, cukup berdoa saja semoga nama ini menjadi sugesti baik bagi para warga dan pengunjungnya.

Perjalanan ini merupakan trip dua hari satu malam dengan menggunakan jasa paket tur. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 350000 sudah termasuk tiket kapal Muara Angke-Pulau Harapan pulang pergi, penginapan AC, alat snorkeling, 3 kali makan, welcome drink, tiket masuk tempat wisata, air mineral, barbeque, dokumentasi, tour guide, kapal kunjungan ke pulau-pulau. Oleh karena menggunakan jasa paket tur, maka saya kurang tahu harga per detailnya. Namun penting bagi anda untuk mengetahui apa saja yang bisa didapat pada setiap paket tur agar bisa memperkirakan peralatan apa saja dan berapa jumlah uang yang harus dibawa.


Hari 1

Kami yang terdiri dari 19 orang berangkat dari depan Seven Eleven Bendungan Hilir jam 4.30 dengan menggunakan taksi. Ongkos yang dikeluarkan untuk taksi sekitar Rp 80000. Selanjutnya menyambung lagi dengan odong-odong untuk ke meeting point dengan ongkos per orang Rp 4000. Meeting point dengan tour guide adalah di depan pom bensin Pertamina, dekat dengan mushola dan toilet. Jadwal kapal berangkat paling pagi dari Muara Angke sebetulnya masih jam 7. Tetapi semakin cepat anda datang maka semakin besar kemungkinan untuk memilih tempat yang nyaman di atas kapal. Bagi kapal kayu yang digunakan untuk menyeberang ke Kepulauan Seribu umumnya terdiri dari dua tingkat dek, dek atas dan dek bawah. Lama perjalanan sekitar 3 jam. Mumpung masih pagi, jangan lupa untuk sempatkan berfoto di atas kapal seperti berikut ini.

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi - "Simbol Kejayaan"

Sampai di Pulau Harapan, kami langsung menuju ke tempat penginapan untuk menyimpan barang-barang. Ada banyak homestay yang bisa dipilih di Pulau Harapan ini. Homestay yang kami singgahi ini terdiri dari empat kamar dengan kamar mandi dalam, plus satu kamar mandi luar, ruang tamu, ruang makan, dan juga ada fasilitas AC. Cukup nyaman untuk 19 orang dan cuaca kepulauan yang panas.

Usai ishoma, kami bersiap untuk melakukan snorkeling. Sayangnya snorkeling tidak dilakukan di Pulau Harapan, jadi kami harus menumpangi perahu kayu untuk menuju ke tiga pulau, yaitu Pulau Kayu Angin, Pulau Putri, dan Pulau Perak. Sebelum snorkeling, usahakan untuk memakai sunblock untuk menghindari penghitaman kulit akibat sinar matahari. Selain itu pastikan juga sudah melakukan pemanasan untuk menghindari pegal-pegal usai snorkeling. Perlengkapan snorkeling yang dibutuhkan antara lain fin atau kaki katak, google atau kacamata renang plus alat bantu napas yang bentuknya seperti pipa ke atas, dan tentu saja pelampung. Instruktur snorkeling memberitahu bahwa kacamata renang ini rapat sekali sampai ke hidung untuk mencegah masuknya air, sehingga untuk bernapas harus dilakukan melalui mulut yang terhubung ke pipa tadi. Tempat snorkeling pertama yaitu di perairan Pulau Kayu Angin. Di sini anda bisa melihat keindahan kehidupan terumbu karang dengan kedalaman yang cukup dangkal, cocok untuk pemula seperti saya. Selanjutnya yaitu perairan Pulau Putri. Di perairan ini anda akan menemukan kehidupan terumbu karang dengan kedalaman yang lebih dalam jika dibandingkan dengan Pulau Kayu Angin. Ikan-ikan yang ditemui juga lebih banyak, tanpa harus memanggilnya lebih dulu dengan menggunakan nasi atau roti. Tempat snorkeling terakhir yaitu Pulau Perak. Mungkin di pulau ini lebih tepat disebut sebagai tempat berenang, karena ekosistem perairannya bukanlah terumbu karang melainkan pasir pantai biasa. Namun tetap saja, tempat ini begitu indah untuk berfoto hingga menjelang sunset. Sayangnya karena cuaca buruk, kami terpaksa pulang lebih awal. Hanya momen ini yang tertangkap saat matahari menjelang terbenam di Pulau Perak.

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi - "Menyambut Senja"

Kami kembali ke Pulau Harapan dengan suasana cukup tegang karena air laut mulai pasang dan ombak yang cukup besar akibat cuaca yang menunjukkan akan turun hujan lebat. Namun akhirnya kami sampai dengan selamat. Kegiatan malam pun dilanjutkan dengan barbeque di dekat dermaga Pulau Harapan, atau lebih tepatnya di Taman Terpadu. Di taman tersebut selain sebagai tempat berkumpulnya warga dan turis, juga berdiri warung-warung yang menjual makanan dan minuman. Jadi jangan khawatir jika anda bepergian sendiri atau paket tur tidak menyediakan makanan, bisa dibeli di warung-warung ini yang buka selama 24 jam saat weekend.


Hari 2

Pagi-pagi sekali sekitar pukul 5.30, saya dan teman saya pergi ke dermaga untuk melihat sunrise. Sayangnya waktu itu awan-awan sedang ribut menutupi langit, sehingga prosesi matahari terbit tidak terlihat begitu jelas. Kejernihan air laut lah yang akhirnya mengobati perasaan kami karena berhasil membuat perpaduan alam seperti yang berhasil diabadikan sebagai berikut.

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi - "Menatap Cermin"

Hampir jam 6.30 kami sudah kembali ke homestay untuk mandi dan sarapan. Sekitar pukul 8.30 kegiatan kembali dilanjutkan dengan hoping islands atau mengunjungi pulau-pulau. Seharusnya paling tidak ada dua pulau yang bisa kami kunjungi pagi itu, tapi karena kami kesiangan akhirnya hanya satu pulau yang menjadi tujuan. Pulau Genteng Kecil namanya. Di pulau ini ada beberapa resort pribadi yang sepertinya diperuntukkan bagi pasangan yang berbulan madu. Suasana laut yang tenang dan jernih menjadikan sekitar pulau menjadi tempat yang cocok untuk berfoto.

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi - "Under The Sky, Above The Sea"

Kami kembali ke Pulau Harapan dengan menggunakan perahu kayu lagi pada pukul 10.00. Saatnya berkemas dan kembali ke dermaga untuk menyeberang ke Muara Angke. Kapal sebenarnya baru berangkat pukul 12.00, namun seperti yang sudah dibilang, ada baiknya berangkat lebih awal untuk memilih tempat yan nyaman terutama bagi yang melakukan perjalanan secara rombongan.


Begitulah selama perjalanan dua hari satu malam ini saya melakukan banyak kontemplasi. Tentang mimpi, tujuan hidup, dan sebagainya. Memandangi laut yang jernih memang seperti menjemput sebuah titik balik yang akan membawa kita melangkah lebih jauh lagi dengan perasaan ringan dan tenang.
Semoga selain mendapat kebahagiaan, anda juga mendapatkan inspirasi dalam setiap perjalanannya. Salam jejak :)

Friday, April 17, 2015

Kita Hanyalah Kita

Mata sudah kupejam
Kubayangkan kau ada di sisiku, sayangku
Takzim memandangi lembah parahyangan
Dibasahi gerimis, melamunkan banyak hal

Orang bilang aku kuat
Tapi kau selalu tahu kapan aku lemah
Kata mereka aku cerdas
Tapi kau membawaku melihat dunia yang lebih luas
Mereka bilang aku baik hati
Tapi ketulusanmu mengalahkan segala

Karena kau sungguh paham
Aku hanyalah aku
Bukan tembok yang kokoh
Dan bukan pula bintang jatuh
Yang hidupnya hanya untuk memenuhi harapan orang lain

Maka berjalanlah di sisiku, sayang
Agar aku tahu, kita sedang di alam nyata
Tiada drama, sebab aku yang akan menggenggam tanganmu
Membawamu merasakan sisi hidup yang menyenangkan

Karena kita hanyalah kita
Dua insan yang siap bahagia bersama
Dan akan menularkannya ke seluruh dunia


PS: Untukmu, seseorang yang (sayangnya) masih imajiner

Tuesday, April 14, 2015

Pak Tua dan Bus Kota

Hai Pak Tua dalam bus kota
Kau datang lagi temani kami para pekerja
Dengan sorot mata kuyu yang sama
Menatap lelah wajah-wajah yang bosan

Tidak, kami bukannya bosan karenamu, Pak Tua
Kami malah tak peduli denganmu yang mulai buka suara
Tanpa alat musik sebagai pengiringya
Lantang mengalahkan deru mesin bus kota

"Wahai kau burung dalam sangkar
Dapatkah kau menahan siksa
Dari kekejaman dunia
Yang tak tahu menimbang rasa"

Jangan tanya apakah kami jadi ikut hapal
Hanya ini lagu yang kau dendangkan, Pak Tua
Namun selalu saja seperti dendam mengusik
Apakah kau juga merasa bosan seperti kami?

Bosan menatap kota dan bus tua
Hidup hanya untuk tutup rasa lapar



Terinspirasi dari:
Pagi di Terminal Kampung Melayu

Thursday, April 9, 2015

Dalam Bilik Sunyi

Ruang itu terlampau besar
Hingga sunyi bersedia mengisi kosongnya

Aku mendengar langit tertawa usai hujan lebat
"Coba kau sebut siapa yang bodoh?" katanya
Ketika awan tetap memilih membawa hujan
Padahal ia tahu hujan tak pernah setia

Dan aku hanya bisa tersenyum kecut
Sebab lembah juga hanya tergugu
Menyaksikan awan berarak kembali sambil termenung
Karena kita semua pun maklum

Pada setiap kaki yang melangkah
Selalu ada rindu yang menjejak

Wednesday, April 8, 2015

(Almost) 3 Days 2 Nights in Bandung

Sebelum membaca lebih lanjut halaman ini, ada baiknya saya peringatkan. Halaman ini bukan ditujukan sebagai panduan travelling melainkan hanya berbagi kisah sebagai bukti jejak-jejak langkah. Jadi, silakan mencari referensi lain apabila yang saya ceritakan di Semesta belum memenuhi harapan anda.

Saya pergi ke Bandung dalam rangka long weekend yang bertepatan dengan Good Friday atau Hari Raya Paskah. Sudah kebayang ya macetnya akan seperti apa selama di perjalanan? Dan ternyata benar saja, jam 10 pagi saya berangkat baru sampai di tujuan jam 3 sore. Berarti total 5 jam saya habiskan di perjalanan. Sebagai informasi, saya naik travel Sararea rute Tanjung Barat - Balubur Town Square (Baltos). Harganya waktu itu Rp 75000. Sararea Star Shuttle ini merupakan kepunyaan Cipaganti Travel, jadi untuk pemesanannya bisa dilakukan melalui call center-nya di (022) 86008800. Apabila anda melakukan perjalanan sendiri, saya sarankan untuk memesan kursi nomor 2 yang letaknya di belakang supir. Letak kursinya itu di samping jendela persis, bukan di pintu, sehingga anda tidak akan terganggu apabila ada orang yang keluar masuk.

Sampai di Baltos, saya memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Ada beberapa tempat makan yang tersedia di Baltos ini seperti Hoka Hoka Bento, Dunkin Donuts, maupun yang terintegrasi di bagian food court-nya. Usai makan siang, saya bertemu dengan teman saya dan langsung berbelanja. Di Baltos ini, kata teman saya, umumnya barang yang dijual adalah produk fashion muslimah, ada merk yang sudah kita kenal seperti Zoya hingga bisnis online yang biasanya melakukan marketing melalui instagram. Selain fashion muslimah, yang bisa dilihat di Baltos ini adalah jasa penyablonan maupun penjualan kaos olahraga seperti jersey klub bola.

Sebenarnya tujuan perjalanan saya ke Bandung kali ini lebih kepada penasaran, ingin melihat bagaimana "kekerenan" Bandung setelah dipimpin oleh Ridwan Kamil. Jadilah saya membuat daftar tempat yang akhirnya diatur jadwalnya oleh teman saya menjadi sebagai berikut:
Hari 1: Taman Jomblo
Hari 2: Observatorium Bosscha, Floating Market, Ciwalk
Hari 3: Gedung Sate, Gasibu, Kartika Sari Dago


Hari 1

Berhubung letak Taman Jomblo alias Taman Pasupati ada di seberang Baltos, maka kami berdua mengunjungi tempat tersebut usai berbelanja. Di salah satu sisinya, anda bisa melihat berbagai tempat duduk yang memang didesain untuk duduk sendirian alias jomblo. Sementara di sisi lain, anda bisa menyaksikan banyak anak muda Bandung asyik bermain skateboard. Saya dan teman saya duduk di dekat warung-warung dadakan yang letaknya di kolong jembatan. Persis di belakang kami alias setelah jembatan layang, ada lapangan sederhana untuk bermain futsal. Sudah kebayang bagaimana hebatnya Bandung memfasilitasi anak mudanya untuk berekspresi? Sementara anak muda merupakan kunci penggerak kemajuan suatu wilayah. Ini yang membuat saya bisa begitu senang walau hanya duduk mengamati mereka beraktivitas.

Sumber gambar: dokumentasi pribadi - "Salam Riang Dari Taman Jomblo"

Saya menginap di kosan teman saya yang terletak di daerah Setiabudhi. Kalau naik angkutan umum,
yang jurusan Ledeng. Begitu penjelasan dari teman saya.

Hari 2

Agenda hari ini adalah ke Lembang. Walaupun agak menyimpang dari tujuan awal yaitu melihat kekerenan Bandung yang dipimpin Ridwan Kamil, tak ada salahnya. Saya memang sudah lama ingin sekali mengunjungi Observatorium Bosscha, yang dikelola langsung oleh ITB. Maklum, pengaruh film Petualangan Sherina masih kuat sekali di benak saya. Nah untuk menuju Lembang dari Ledeng, ada dua angkutan umum, yaitu dari Ciroyom dan dari Stasiun Kota. Lama perjalanan kira-kira setengah jam, untungnya tidak macet. Untuk menuju ke Bosscha, anda harus turun dari angkutan umum dan menyambung dengan ojek. Ongkos angkutan umum dari Ledeng adalah Rp 5000, sedangkan ongkos ojeknya juga sama untuk naik ke atas. Kalau sedang musim liburan, banyak tukang ojek yang menunggu di atas (dekat Bosscha), namun jika anda tidak yakin mereka disana saat pulang nanti maka anda bisa bertanya nomor handphone kang ojeknya untuk minta dijemput. Harga tiket masuk Bosscha per orangnya adalah Rp 15000. Tiket bisa dibeli di bangunan yang dekat dengan pos satpam. Untuk rombongan barangkali harus jauh-jauh hari melakukan pemesanan, info lebih lanjut sila kunjungi website-nya saja.

Sumber gambar: dokumentasi pribadi - "Antara Aku, Ramai, dan Kubah Putih"

Setelah dari Bosscha, perjalanan dilanjutkan ke Floating Market. Saya tidak tahu persis kapan tempat wisata ini berdiri, namun sepertinya sedang happening di Bandung dan sekitarnya. Untuk menuju Floating Market, saya cukup kaget karena kang ojek Bosscha sudah sedari awal menawarkan diri untuk mengantar dengan ongkos sebesar Rp 10000. Kalau naik kendaraan pribadi bisa mengikuti jalur kang ojek ini, karena untuk angkutan umum biasanya lewat jalan lain dan seringkali macet saat musim liburan. Tiket masuk Floating Market juga sama dengan Bosscha yaitu Rp 15000, dengan harga tersebut anda mendapatkan free drink seperti Milo, kopi, dan lemon tea. Sekilas menurut saya Floating Market ini merupakan wisata kuliner yang juga memanjakan mata anda dengan pemandangan danau, sawah, dan kebun buatan. Uniknya adalah setiap stand makanan letaknya di atas perahu alias floating atau mengambang di atas danau. Dan untuk bertransaksi, anda harus menukarkan uang rupiah anda dengan koin Floating Market. Ingat, anda cukup menukarkan uang secukupnya saja karena uang yang sudah ditukar dengan koin tidak dapat dikembalikan lagi. Tapi tenang saja, nominal rupiah dan koin Floating Market itu sama, sehingga Rp 10000 ya sama dengan koin Floating Market 10000, pihak marketing tidak mengambil untung dari sini.

Sumber gambar: dokumentasi pribadi - "Menjejak, Melangkah"

Walau tidak ada dalam agenda, rasanya kurang lengkap kalau ke Bandung tidak nyurabi alias makan surabi. Maka setelah dari Floating Market dalam kondisi hujan, kami berdua menuju Warung Setiabudhi yang lokasinya dekat dengan kosan teman saya. Di sini dijual beraneka ragam surabi manis dan asin yang rata-rata harganya Rp 8000. Satu jempol dari saya untuk murahnya, dan satu jempol untuk enaknya. Kata teman saya, Warung Setiabudhi ini buka dari jam setengah 3 sore hingga malam hari dan biasanya sangat ramai pada malam hari.

Untungnya pada malam hari kami sudah pindah tempat lagi yaitu ke Ciwalk. Melakukan aktivitas ya apalagi kalau bukan berbelanja. Bagi yang belum tahu, Ciwalk ini adalah mall yang terletak di jalan Cihampelas yang macet setiap akhir pekan. Sewajarnya mall, selain gerai-gerai toko juga ada gerai makanan serta kafe-kafe. Jangan kaget bila malam minggu seperti ini ramainya seperti Pasar Baru (kata teman saya).

Sumber gambar: dokumentasi pribadi - "Kesenangan Semu"

Hari 3

Well, saya menyukai tempat-tempat yang menjadi icon atau landmark di suatu daerah. Jadi saya memutuskan untuk mengunjungi dan berfoto ria di depan Gedung Sate dan Gasibu. Buat yang belum tahu, Gedung Sate merupakan kantor dinas kepala pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Sementara Gasibu bisa dibilang semacam alun-alun di depan Gedung Sate itu. Gasibu biasanya dijadikan tempat olahraga seperti lari dan bulu tangkis, juga sebagai tempat berkumpul warga Bandung. Kata teman saya, di Gasibu ini juga biasa diadakan konser-konser. Kemudian di seberang Gasibu juga ada Pasar Minggu Monju alias Monumen Juang. Bentuk Pasar Minggu Monju ini mungkin seperti pasar tumpah di hari minggu, ramai sekali. Buat para pengendara juga harus tahu kalau jalan di depan Pasar Minggu Monju ini macet sekali di hari minggu. Untuk barang apa saja yang dijual di Pasar Minggu Monju ini, jawabannya adalah apa saja. Sekilas saya melihat baju-baju, boneka, makanan, minuman, hingga hewan seperti kelinci juga dijual di sini. Pas untuk jalan-jalan bersama keluarga di akhir pekan.

Sumber gambar: dokumentasi pribadi - "Pusat Kota"

Tempat terakhir yang saya kunjungi sebelum kembali ke Baltos (pool Sararea Star Shuttle di Bandung) adalah Kartika Sari Dago. Tepatnya di Jl. Ir. H. Juanda. Tempatnya luas sekali dan banyak orang berlalu-lalang untuk membeli. Di lantai 1 tempat produk oleh-oleh yang dijual oleh Kartika Sari. Ada banyak macamnya seperti bolen, brownies panggang, brownies kukus, dan sebagainya. Di lantai yang sama, bagian belakang, ada tempat makan dan minuman seperti es krim. Ada pula tempat bermain bagi anak-anak yang menjulang hingga ke lantai 2. Kemudian di lantai 2 nya juga dibuka gerai-gerai fashion dan ATM gallery. Susunan lahan bisnis seperti ini sangat menarik karena seolah berteriak "Anda bisa berbelanja oleh-oleh sambil melakukan apapun di sini bersama keluarga".


Begitulah jejak saya di Bandung selama (hampir) 3 hari 2 malam. Semoga kisah jejak-jejak berikutnya segera menyusul di Semesta.

Salam Jejak :)

Tuesday, April 7, 2015

Talk About Love: Berbagai Sudut Pandang Tentang Cinta


Sekarang memang bukan bulan Februari, waktunya orang-orang merayakan hari kasih sayang di tanggalnya yang ke-14. Tapi bukankah berkasih sayang dan juga berbicara tentang cinta tak sepatutnya dipatok pada barisan waktu yang mengekang? Karena kalau mau kita telaah lagi, pembicaraan tentang cinta seolah tiada habisnya. Selalu menjadi topik yang menarik, bahasan bagi para penggosip di sela-sela gang atau bahkan di antara kubikel-kubikel meja kantor. Ketertarikan ini terjadi karena banyak pendapat maupun sudut pandang dalam memahami cinta.

Terkadang pula, suatu topik menjadi menarik karena kita mengalaminya sendiri, dan barangkali anda pernah mengalami kejadian seperti ini:

Anda mempunyai dua orang yang cukup dekat. Yang pertama, kedekatannya bisa diukur dengan kuantitas jumlah pertemuan, sering chat, dan sebagainya. Namun ketika bertemu, anda merasa bahwa dia hanyalah sebagai teman dekat, tak lebih. Tak ada pula rasa hati berbunga-bunga atau kupu-kupu berterbangan di dalam perut. Sayangnya, suatu hari orang tersebut tiba-tiba menghilang dari rutinitas anda, dan anda pun merasa kehilangan yang amat sangat.

Di sisi lain, orang yang kedua, kedekatannya dengan anda barangkali diukur dengan kualitas. Anda merasa nyaman satu sama lain walau jarang berkomunikasi. Sekalinya ada kontak dengan dia, anda merasa riang, gembira, sumringah. Seolah dunia ini adalah taman surgawi bagi anda.

Lantas anda pun mulai bertanya, sebetulnya perasaan yang mana yang disebut dengan cinta? Ketika anda merasa kehilangan saat tidak adanya orang tersebut? Ataukah perasaan berbunga ketika si dia ada di hadapan anda?

Pertanyaan tersebut dan juga berjuta pertanyaan tentang cinta lainnya barangkali sudah sering dibahas melalui berbagai sudut pandang ilmu, diantaranya adalah psikologi sosial. Dalam ilmu psikologi sosial, salah satu yang cukup terkenal adalah Robert Sternberg's triangular theory of love. Berdasarkan teori ini, ada tiga kategori utama yang merupakan komponen perasaan cinta yaitu intimacy, passion, dan commitment.



Menurut Sternberg, intimacy merupakan jenis cinta berdasarkan kedekatan dan kepercayaan. Seperti misalnya pada hubungan pertemanan yang walaupun anda menyukai teman tersebut namun tidak ada passion dan commitment di dalamnya. Kemudian passion, yang dicirikan dengan ketertarikan fisik dan seks. Oleh karena tidak adanya kedekatan dan komitmen pada jenis cinta ini, orang-orang biasa menyebut passion dengan “cinta pada pandangan pertama”. Selanjutnya yaitu commitment, yang hanya mengandalkan komitmen atau perjanjian untuk menjaga sebuah hubungan. Biasanya orang-orang yang mengalami tipe cinta seperti ini berada pada awal fase pernikahan melalui perjodohan dimana intimacy dan passion tidak ada sama sekali, atau pada pasangan yang sudah lama sekali sehingga intimacy dan passion-nya telah mengalami penurunan yang drastis.

Sternberg juga mengkategorikan cinta berdasarkan gabungan dua komponen dari segitiga tersebut. Misalnya pada sisi kiri segitiga, yaitu intimacy dan passion. Tipe cinta seperti ini disebut dengan romantic love, dimana pasangan mengalami perasaan berbunga-bunga dan juga sangat menikmati kedekatan hubungan mereka layaknya dua orang sahabat. Namun sayangnya, tidak ada komitmen yang serius pada hubungan ini seperti misalnya hubungan pada sepasang remaja dan orang dewasa muda. Selanjutnya di sisi kanan segitiga, yaitu intimacy dan commitment. Gabungan keduanya disebut dengan companionate love atau cinta dengan kedekatan seperti sahabat. Biasanya tipe seperti ini terjadi pada pasangan yang sudah menikah lama sekali, walaupun passion diantara mereka sudah tidak ada namun keduanya tetap menikmati hubungan dengan ikatan yang begitu mendalam. Tipe yang terakhir yaitu segi bawah segitiga disebut dengan fatuous love atau cinta dengan kebodohan. Disebut demikian karena tipe ini hanya mengandalkan passion dan commitment saja, tidak ada kedekatan kuat yang menjadi dasar untuk menjaga hubungan tersebut.

Lantas bagaimana dengan pertanyaan yang disebutkan di awal tadi? Termasuk tipe cinta yang mana kah?

Untuk kasus orang pertama, commitment jelas dicoret karena belum terbentuknya sebuah ikatan yang mengarah ke sana. Kemudian untuk rasa nyaman yang muncul, maka perasaan terhadap orang tersebut bisa dikategorikan ke dalam intimacy. Namun karena tidak adanya perasaan berbunga maka tidak ada passion disana. Oleh karena itu pada kasus ini, tipe cinta yang ada hanya berdasarkan intimacy saja alias cinta pertemanan atau persahabatan.

Untuk kasus orang kedua, commitment juga dicoret karena belum ada tujuan ke arah sana. Kemudian adanya kedekatan dan juga perasaan berbunga-bunga, dapat dipastikan bahwa ada gabungan intimacy dan passion disana. Dalam artian, tipe cinta ini termasuk ke dalam romantic love.

Setelah anda mengetahui tipe cinta yang dirasakan, barangkali timbul pertanyaan lainnya dalam benak anda. Seperti misalnya: Bagaimana caranya bisa muncul perasaan-perasaan tersebut?

Ternyata selain ilmu psikologi sosial, sains juga telah menjelaskan bagaimana perasaan cinta dapat terbentuk. Hal ini didorong oleh berbagai hormon dan proses kimiawi. Helen Fisher mengungkapkan ada tiga fase dalam percintaan, yaitu lust, attraction, dan attachment. Lust atau nafsu ini didorong oleh hormon testosteron dan estrogen. Sehingga secara alamiah, wanita dan pria akan mengalami keinginan yang sangat kuat antara satu dengan yang lainnya.

Fase berikutnya adalah attraction atau ketertarikan. Fisher mengatakan bahwa pada fase ini, seseorang akan benar-benar jatuh cinta dan hampir tidak memikirkan hal yang lainnya. Ada tiga hormon yang berpengaruh pada fase ini antara lain adrenalin, dopamine, dan serotonin. Hormon adrenalin akan memacu seseorang untuk berkeringat, jantungnya berdetak lebih cepat, dan mulut menjadi kering ketika bertemu dengan orang yang dicintainya. Sementara dopamine, merupakan hormon yang menyebabkan seseorang merasa sangat senang pada hal-hal kecil dalam sebuah hubungan, meningkatkan energi, serta mengurangi kebutuhan akan tidur dan makan. Selanjutnya serotonin, merupakan hormon yang bertanggungjawab atas terus munculnya sang kekasih dalam pikiran seseorang.

Fase yang terakhir adalah attachment atau keterikatan. Hormon yang bekerja pada fase ini adalah oxytocin dan vasopressin. Oxytocin berpengaruh dalam mempererat sebuah ikatan. Hormon ini bisa muncul melalui pelukan atau hubungan seks yang nantinya berdampak pada seseorang untuk merasakan kedekatan dengan pasangannya. Sementara vasopressin biasanya bekerja setelah berhubungan seks. Bedanya dengan oxytocin, hormon vasopressin ini akan mendorong seseorang untuk berhubungan seks dalam rangka mempertahankan hubungan daripada untuk sekedar bereproduksi.

 
Sumber gambar: ilustrasi pribadi - "Terbang Meninggalkan Kota Mati"


Itulah berbagai pendapat dan sudut pandang mengenai cinta. Ada yang mengkategorikan cinta dalam bentuk hubungan antar manusia, ada pula yang menjelaskannya dengan hormon-hormon yang bekerja saat jatuh cinta. Keduanya menjadi menarik karena cinta sendiri sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari dan bias dijelaskan dengan ilmu pengetahuan.

Kalau menurut saya pribadi, cinta itu sesuatu yang membuat anda hidup, sanggup terbang jauh meninggalkan kota mati. Bukanlah sebuah ketakutan yang justru mengekang. Akan tetapi tentunya masih banyak makna cinta lainnya dari beragam sudut pandang. Bagaimana dengan anda?
 
Referensi:


 
 

 

Monday, March 23, 2015

Salam untuk Semesta

Halo Semesta!


Salam dari sebuah tempat yang cukup tinggi untuk dapat melihat rutinitas orang-orang di ibukota.
Ini adalah sebuah blog baru, yang diberi nama Semesta, mudah-mudahan bisa menjadi tempatku berbagi beragam kisah, maupun pemikiran-pemikiran. Karena aku yakin di sinilah, alam semesta yang akan menjadikanku terang.
Semoga kesibukan seperti orang-orang di bawah sana tak menghalangiku untuk terus berbagi.
Ciao!